29 Instansi Pemerintah Nilainya Pas-pasan
Selasa, 06 April 2010, 00:03:15 WIB
Jakarta, RMOL. Walah... Ranking Kemen PAN & RB Malah Terpuruk
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemen PAN dan RB) belum bisa menjadi contoh bagi instansi pemerintah.
Buktinya, kementerian yang dikomandoi EE Mangindaan itu hanya masuk predikat cukup baik (CC) yang nilainya hanya antara 50-60. Ini berarti nilainya pas-pasan. Padahal, yang menilai dirinya sendiri.
Penilaian itu berdasarkan evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) pusat Tahun 2009 yang dikeluarkan Kemen PAN dan RB.
Kalau tahun 2008, kementerian ini mendapat ranking 12 dari 74 instansi pemerintah. Tahun 2009 mendapat ranking 16 dari 72 instansi pemerintah.
Memang di predikat cukup baik, kementerian ini urutan sembilan. Tapi di atas peringkat cukup baik itu, ada tujuh instansi pemerintah yang mendapat predikat baik (B). Ini artinya peringkat secara keseluruhan adalah 16 (baca tabel).
Selain predikat itu, ada juga 33 instansi yang mendapat predikat agak kurang (C), dan 3 instansi mendapatkan predikat Kurang (D).
Seharusnya kementerian yang menyandang gelar Reformasi Birokrasi itu hendaknya bisa menjadi contoh bagi instansi pemerintah lainnya.
Menteri PAN dan Reformasi Birokrasi, E.E. Mangindaan mengatakan, sebagian besar instansi pemerintah pusat masih perlu perhatian dalam pelaksanaan manajemen pemerintah yang berbasis kinerja.
“Tingkat akuntabilitas kinerja yang diperoleh belum memuaskan dan masih perlu pembenahan serta perbaikan,” ujarnya.
Bahkan, untuk Kementerian PAN dan Reformasi Birokrasi sendiri, hasil yang diperolehnya masih dalam predikat “CC”. “Artinya Kementerian PAN dan Reformasi Birokrasi, juga harus melakukan pembenahan dalam implementasi Sistem AKIP-nya,” ujarnya.
Namun diingatkannya, apapun hasil yang diperoleh dari evaluasi akuntabilitas kinerja ini, bukanlah merupakan vonis yang perlu ditakuti, tetapi justru dijadikan pemicu dan pendorong untuk memperbaiki penerapan Sistem AKIP di instansi masing-masing.
Menanggapi hal itu, pemerhati kebijakan publik, Bambang Sripujo Sukarnosakti mengatakan, kinerja Kemen PAN dan RB dalam melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan reformasi birokrasi telah gagal.
“Buktinya ada 29 instansi pemerintah nilainya pas-pasan yakni hanya masuk predikat cukup baik dengan nilai 50-60, dan di bawahnya ada 33 intansi mendapat predikat agak kurang, serta 3 instansi dapat predikat kurang,’’ paparnya.
“Walah, Ranking Kemen PAN dan RB malah terpuruk, dari 12 tahun 2008 menjadi 16 tahun 2009. Jadi, wajar saja nggak bisa mengawasi intansi lain, mengurusi intansi sendiri saja belum becus,’’ tambahnya.
Dikatakan, kelemahan lain dari Kemen PAN dan RB dalam meningkatkan pelaksanaan reformasi birokrasi adalah tidak dilakukannya pembenahan karakter moral bangsa, yaitu dengan memberikan pendidikan Pancasila di setiap kementerian.
Sementara Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) Jabodetabek, Ali Muksin, menyatakan, kinerja Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans) belum terlihat kemajuan yang signifikan.
Dikatakan, Kemenaakertrans harus bisa memperjuangan nasib para buruh migran yang berada di luar negeri, serta bisa memberikan perlindungan hukum.
"Predikat Cukup Baik Itu Dapat Nilai 50-60"
Gatot Sugiharto, Kabiro Humas Kemen PAN dan RB
Alat ukur yang digunakan Kementerian PAN dan RB dalam menilai kinerja instansi pemerintah yang dapat nilai cukup baik (CC) bisa dipertanggungjawabkan.
Demikian disampaikan Kepada Biro Hubungan Masyarakat (Kabiro Humas) Kemen PAN dan RB, Gatot Sugiharto, kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.
“Kementerian yang masuk predikat cukup baik (CC) itu mendapat nilai 50-60,” katanya.
Menurutnya, penilaian itu berdasarkan akuntabilitas kinerja yang baik, taat kebijakan, memiliki sistem yang dapat digunakan untuk memproduksi informasi kinerja untuk pertanggungjawaban.
Pada penilaian sekarang, banyak sekali kementerian yang posisinya meningkat, karena mereka berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik.
Ditanya mengenai posisi Kemen PAN dan RB yang berada di urutan sembilan dari kelompok predikat CC, Gatot mengatakan, pihaknya sangat objektif dalam melakukan penilaian.
Namun, lanjutnya, berdasarkan kelompok kementeriaan negara, Kemen PAN dan RB merupakan kementerian yang terbaik. Sementara dari kelompok lembaga pemerintah non departemen (LPND), Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) menjadi juaranya.
“Jika berdasarkan departemen yang sekarang jadi kementerian, juaranya adalah Kementerian Pendidikan Nasional,” tandasnya.
“Urutan Kemenhut Nggak Tepat’’
Teguh Surya, Kepala Departemen Kampanye Eksekutif Nasional WALHI
Pemberian predikat cukup baik dengan urutan empat untuk Kementerian Kehutanan (Kemenhut) dinilai tidak fair. Sebab, penilaian itu tidak melibatkan stake holder.
Demikian disampaikan Kepala Departemen Kampanye Eksekutif Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), Teguh Surya.
“Jadi, urutan Kemenhut nggak tepat. Apalagi belum terlihat keberhasilannya kok. Jadi, posisi empat itu tidak legitimed,” ujarnya.
Menurutnya, nilai yang pas bagi kementerian ini adalah urutan dua dari belakang. Sebab, selama ini kinerjanya sangat buruk dalam berbagai hal terutama soal reformasi birokrasi.
“Sekarang saja hutan Indonesia menjadi perbincangan di tingkat nasional dan internasional. Sebab, banyak hutan yang gundul,” tuturnya.
Selain itu, lanjutnya, Kemenhut juga mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 10 tahun 2010 tentang alih perubahan fungsi dan peruntukan hutan. Dengan PP tersebut ada proses untuk melegalisasi kawasan hutan menjadi kawasan industri.
“Ini menunjukkan kehancuran hutan dilegalkan dalam tata kelolaannya. Jadi, tolong dikoreksi ulang deh predikat tersebut,” tandasnya.
“Penilaian Ini Membingungkan’’
Riza Damanik, Pengamat Kelautan Dan Perikanan
Kementerian Kelautan dan Perikanan (Kementerian KP) dinilai nggak layak di urutan dua dalam kelompok penilaian CC (cukup baik). Sebab, tidak sesuai dengan kinerja riilnya di lapangan.
Demikian disampaikan pengamat kelautan dan perikanan, Riza Damanik, kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.
“Masa Kementerian KP menyalip kinerja BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) dan Mahkamah Konstitusi (MK) yang ada di posisi lima dan tujuh. Posisi ini naik signifikan dari penilaian tahun 2008 yaitu di urutan 33,” paparnya.
Menurut Sekretaris Jenderal Koalisi Rakyat Untuk Keadilan Perikanan (Kiara) itu, sampai sekarang Kementerian KP belum membuat terobosan dalam menyelesaikan masalah kelautan dan perikanan, sehingga banyak nelayan yang hidup di bawah garis kemiskinan.
Sementara, kata dia, BPK sudah banyak melakukan terobosan dan meningkatkan kinerjanya. Misalnya mereka berhasil melakukan audit investigatif terhadap Bank Century, yang hasilnya menyebutkan ada pelanggaran.
“Jika kriteria penilaian Kemen PAN dan RB itu berdasarkan kinerjanya, maka apa yang sudah dilakukan Kementerian KP. Jadi, penilaian ini membingungkan,” paparnya.
Justru, lanjutnya, berdasarkan hasil survey integritas pelayanan publik yang dilakukan KPK terhadap kinerja intansi pemerintah 2009, menempatkan Kementerian KP pada urutan keempat dari belakang sebagai intansi yang integritas pelayanan publiknya rendah.
“Itu Hanya Sekadar Tantangan’’
Harun Al Rasyid, Anggota Komisi II DPR
Ranking bukan ukuran untuk menunjukkan prestasi. Yang paling penting adalah realisasi di lapangan, apakah sesuai dengan kenyataan atau sebaliknya.
“Ranking itu hanya sekadar tantangan untuk bekerja lebih baik lagi,” kata anggota Komis II DPR, Harun Al Rasyid, kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.
Mengenai Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), yang melesat urutannya, kata dia, itu bisa jadi sesuatu yang wajar atau sebaliknya.
Kenyatannya, jelas dia, banyak polemik mengenai Pilkada yang bisa menjadi penilaian minor.
Sementara anggota Komisi X DPR, Nurul Qomar mengatakan, kinerja Kemenpora yang agak turun merupakan akumulasi dari kepemimpinan sebelumnya yaitu eranya Adhiyaksa Dault.
“Ini kan penilaian tahun 2009. Untuk Andi Mallarangeng belum ada parameternya. Sebab, hanya dua bulan bekerja tahun 2009,” katanya.
“Wajar, Kemenkes Urutan Bontot’’
Irgan Chairul Mahfidz, Wakil Ketua Komisi IX DPR
Kinerja Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dalam memberikan pelayanan publik masih belum maksimal, sehingga wajar masuk urutan terakhir dalam kelompok instansi pemerintah yang mendapat nilai cukup baik.
“Wajar, Kemenkes urutan bontot. Penilaian Kemen PAN dan RB itu sudah benar untuk kementerian ini. Sebab, sesuai dengan kondisi riil di lapangan,” ujar Wakil Ketua Komisi IX DPR, Irgan Chairul Mahfidz, kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.
Menurutnya, Kemenkes masih sangat minim dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat level bawah. Sebab, masih banyak pasien yang kurang terlayani kesehatannya di rumah sakit, karena persoalan administratif.
“Ke depan mereka harus mengoptimalisasikan kualitas standar pelayanan kesehatan bagi masyarakat bawah, dan mengurangi birokrasi,” tandasnya.
“Beri Nilai Seenaknya Saja’’
Deni Daruri, Pemerhati Ekonomi
“Kinerja Kementerian Perdagangan tidak memuaskan, sehingga posisinya nggak pas urutan 21, tapi lebih pas di predikat buruk,” ujar pemerhati ekonomi, Deni Daruri, kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.
Menurutnya, Kemendag belum memberikan peluang maksimal bagi perdagangan produksi dalam negeri. Yang terjadi malah ada kesan mematikan industri dalam negeri.
“Maka wajar saja kalau kondisi ekonomi kita memprihatinkan,’’ ujarnya.
Selain itu, lanjutnya, kementerian ini juga tidak berhasil dalam meningkatkan daya saing industri dalam negeri. Kemendag malah banyak berpihak ke perdagangan bebas. Hal ini bisa dilihat dari disetujuinya perdagangan bebas dengan China.
“Jadi, wajar kalau urutannya menurun. Kalau 2008 di urutan 14, tahun ini di urutan 21,” ujarnya.
“Penilaian Kemen PAN dan RB sudah sangat bagus untuk meningkatkan kinerja instansi pemerintah, namun sayang hasilnya banyak yang menimbulkan pertanyaan. Sebab, beri nilai seenaknya saja,” tambahnya.
“Tolak Ukurnya Nggak Jelas’’
Fuad Zakaria, Pemerhati Perumahan
Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) berada di urutan 17 dalam predikat cukup baik berdasarkan laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dari Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemen PAN dan RB) dinilai tidak mempunyai tolak ukur yang jelas.
“Tolak ukurnya nggak jelas, sehingga apa alasannya Kemenpera masuk dalam predikat cukup baik,” ujar pemerhati perumahan, Fuad Zakaria, kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.
Menurut Ketua Dewan Pertimbangan Organisasi (DPO) Dewan Pengurus Pusat (DPP) Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi) itu, kalau tolak ukurnya tentang reformasi birokrasi. Maka pertanyaannya adalah apakah kementerian ini memang tidak pernah tersangkut korupsi.
“Kalau tidak terkena korupsi, ya setuju saja kalau dilihatnya seperti itu. Tapi kalau dilihat kinerjanya sih, jauh dari target,” katanya.
Menurutnya, dari lima tahun lalu Kementerian ini selalu tidak memenuhi target untuk perumahan rakyat. Sebab, tiap tahunnya kebutuhan rumah rakyat kian membengkak yaitu berkisar 4 juta untuk 2004 dan 7 juta untuk 2009.
Ke depan, lanjut Fuad, Menpera harus menuntaskan pemenuhan perumahan untuk rakyat.
[RM]
mantap beritanya
BalasHapus